Entri Populer

Minggu, 22 Mei 2011

MENJELANG KEMATIAN

Perjalanan hidup yang telah kutempuh sekian lama, mulai dari kecil di bawah asuhan ayah bunda, meningkat masa sekolah terus masa bekerja dan berkeluarga, beranak dan bercucu; terhanyut dalam riak gelombang kehidupan, kadang naik kadang turun, kadang senang kadang susah, kadang sakit kadang sehat, lalu bagaimana tentang kematian yang sudah semakin dekat ? 

Ketika  ikut ke kuburan mengantarkan jenazah, menyaksikan sang mayat dimasukkan ke liang lahat, sementara di sana berjejer kuburan orang-orang yang telah tiada, hati ini tidak begitu tergetar, jiwa ini tidak begitu tersentuh, di mana sebentar lagi akan tiba giliranku dan entah kapan. Apakah aku akan berkubur seperti mayat yang baru saja ditimbun, di mana sanak saudara turut mengantarkan ataukah aku akan mati dengan cara lain yang sudah pasti tidak kuketahui. 

Seberapa besarkah  keyakinan kita bahwa kematian itu hanya merupakan masa peralihan dari hidup dunia dan hidup akhirat ? 
Jika kematian dianggap akhir segala-galanya dan tidak ada kehidupan sesudahnya, maka tak ubahnya kita bagai binatang. Kalau ada orang mengatakan kepada kita, "Kamu binatang", pasti kita akan marah sekali.Kita adalah manusia yang mempunyai akal budi, makhluk terhormat dengan ciptaan yang juga sangat bagus dan indah.

Sebagai manusia kita dibekali oleh Penciptanya akal dan nafsu. Kita lihat bahwa manusia dengan akal dan nafsu tersebut melakukan aktifitas hidup. Kadang-kadang akal menang, kadang-kadang nafsu yang menang. Bila nafsu yang menang, pasti ada yang dirugikan apakah itu diri sendiri atau orang lain. Nah, di sinilah perlunya ada hidup sesudah kematian, untuk mempertanggungjawabkan kerugian yang diderita baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. 

Siap atau tidak siap, tunggulah kematian itu pasti akan datang, dan pengadilan akhirat adalah suatu keniscayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar